MEDIAONLINEIDC.COM; BALIKPAPAN– Harga sejumlah komoditas pangan di Kota Balikpapan terkoreksi sepanjang September 2025. Hal ini mendorong terjadinya deflasi sebesar 0,06 persen (mtm) pada bulan tersebut. Koreksi harga ini turut menahan laju inflasi tahunan Kota Balikpapan yang tercatat sebesar 1,15 persen (yoy), jauh di bawah angka inflasi nasional sebesar 2,65 persen (yoy).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan– Robi Ariadi, mengatakan bahwa tekanan harga yang menurun ini mencerminkan kondisi inflasi yang masih terkendali. ia berujar realisasi inflasi Balikpapan masih lebih rendah dari batas bawah rentang sasaran inflasi nasional, yaitu 2,5 persen ± 1 persen. Ini menunjukkan kestabilan harga yang cukup baik di tengah dinamika pasokan dan permintaan.
“Deflasi di Balikpapan pada September terutama disumbang oleh penurunan harga dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT), yang memberikan andil sebesar minus 0,16 persen,” kata Robi menjelaskan.
“Lima komoditas yang paling berkontribusi terhadap penurunan harga adalah BBRT, Bawang Merah, Tomat, Cabai Rawit dan Kangkung,” ujarnya lagi.
Kata Robi menjelaskan, harga BBRT turun karena efisiensi biaya distribusi. Di sisi lain, ujarnya, harga bawang merah, tomat, dan cabai rawit menurun akibat peningkatan pasokan dari sentra produksi seperti Jawa dan Sulawesi. Kangkung juga mengalami penurunan harga berkat produksi lokal yang melimpah dan cuaca yang mendukung.
Namun, tidak semua harga komoditas mengalami penurunan. Beberapa justru mengalami inflasi, terutama dari kelompok transportasi, yang mencatat andil 0,14 persen terhadap inflasi.
“Komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain angkutan udara; daging ayam ras, emas perhiasan, air kemasan dan biskuit,” kata Robi
Adapun tarif angkutan udara naik karena normalisasi harga setelah diskon periode sebelumnya, serta peningkatan aktivitas perjalanan dinas. Sementara itu, permintaan terhadap daging ayam meningkat pada perayaan Maulid Nabi. Sementara itu, kenaikan harga emas dipicu tren global yang mencapai rekor baru.
“Harga air kemasan dan biskuit juga mengalami kenaikan akibat penyesuaian harga dari distributor, yang menghadapi hambatan distribusi seperti antrean BBM untuk kendaraan operasional,” ujarnya
Inflasi Penajam Masih di Atas Rata-rata
Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi sebesar 0,07 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi PPU berada di angka 2,83 persen, sedikit di atas rata-rata nasional.
Kata Robi menjelaskan, Inflasi di PPU terutama dipicu oleh kenaikan harga daging ayam, ikan tongkol, ikan layang, ikan bandeng, dan beras. Kenaikan ini dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan akibat gelombang laut tinggi dan stok beras premium yang menipis.
Meski demikian, beberapa komoditas di PPU mengalami penurunan harga, seperti bawang merah, cabai rawit, semangka, terong, dan kangkung, yang disebabkan oleh melimpahnya pasokan lokal dan hasil panen dari Kalimantan Timur.
“BI Balikpapan mencermati sejumlah risiko yang berpotensi mendorong tekanan inflasi ke depan, terutama cuaca ekstrem di daerah sentra produksi serta tingginya gelombang laut yang dapat menghambat distribusi pangan,” kata Robi menekankan.
“Permintaan masih tetap kuat, sehingga risiko dari sisi pasokan perlu diantisipasi. Ini penting agar stabilitas harga tetap terjaga,” ujarnya lagi.
Survei Konsumen BI pada September 2025 juga menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap ekonomi masih berada pada level optimis, dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat di angka 118,3. Meski sedikit turun dari Agustus yang sebesar 129,8, angka tersebut masih menunjukkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap kondisi ekonomi.
Dalam menjaga kestabilan harga, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus melakukan berbagai langkah strategis, seperti:
- Pemantauan harga dan sidak pasar
- Mitigasi risiko harga melalui rapat koordinasi TPID
- Penguatan kerja sama antar daerah (KAD)
- Gelar pangan murah dan operasi pasar
- Pemberdayaan pekarangan untuk produksi hortikultura
“Ke depan, kami akan terus mendukung pengendalian inflasi melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi daerah tetap dalam target dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Robi. (Imy)







