IDCFM.CO.ID; BALIKPAPAN– Mustahid, pria paruh baya asal Desa Penatarsewu, Jawa Timur didaulat sebagai local hero East Java Area oleh Pertamina Gas. Pertamina Gas (Pertagas) mengapresiasi sosok inspiratif tersebut karena peduli sampah dan inovasinya dalam mengelola sampah rumah tangga di desa tersebut. Berangkat dari keprihatinan nya menyaksikan warga setempat membuang sampah sembarangan, bapak dengan tiga orang anak dan kakek dari satu cucu ini menginisiasi budidaya maggot BSF menjadi fortifikasi pakan ternak dengan tepung sisik ikan mujair.
“Dulu di Desa Penatarsewu orang buang sampah di tempat sampah belum ada. Sampah itu dibuang ke selokan, di sungai, akhirnya dibantu dengan tempat sampah oleh Pertagas. Tetapi saat itu oleh warga tempat sampahnya ada yang dibuang, ada juga dijadikan pot bunga,” kata Mustahid dalam webinar CSR Pertagas pada Senin (27/ 09/ 2021) sore.
“Baru dua tahun ini warga Desa Penatarsewu sadar buang sampah di TPS. Setelah kami beri penjelasan ada solusi bernilai ekonomis dalam mengatasi sampah yang menumpuk,” ujarnya menambahkan.
Pria yang juga aktif di kegiatan keagamaan ini pun berupaya untuk mencari solusi agar sampah rumah tangga di Desa Penatarsewu tidak merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan warga. Wilayah Desa Penatarsewu masih berupa tambak dan sawah. Mata pencaharian warga setempat adalah beternak lele, petani tambak dan pengolahan ikan asap. Mustahid pun hadir mencoba mengubah sampah organik dari aktivitas warga, khususnya sisa makan jeroan ikan yang di buang pengolah pengasap ikan dan peternak lele, menjadi pakan ternak maggot Black Soldier Fly (BSF) basah.
Untuk tahap awal maggot diujicobakan ke ternak lele miliknya sendiri. Dari situ juga Mustahid mendapati bahwa memproduksi pakan ternak sendiri bisa menghemat biaya belanja pakan sebesar 10 persen.
“Waktu itu saya belum berani memasarkan. Saya eksperimen cobakan dulu ke ikan lele saya dan saya makan sendiri ikannya sama orang-orang. Ternyata ikannya gurih, kata orang-orang juga kok gurih ikannya,” kata Mustahid seraya tertawa.
Berhasil membuat pakan ternak maggot BSF, Mustahid dengan difasilitasi Pertagas berkesempatan mengikuti pelatihan pengolahan maggot menjadi pakan. Ia juga mendapat bantuan berupa kolam terpal dan kandang budidaya BSF. Tahun 2020, sebanyak lima orang yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Budidaya maggot BSF pun dibentuk untuk mengolah sampah di Desa Penatarsewu. Dibentuknya kelompok ini agar warga setempat ikut terlibat dalam pengolahan sampah yang bernilai ekonomis tersebut.
Mustahid mengaku tidak kesulitan mendapatkan sampah untuk pakan manggot BSF. Ia berujar semasa pandemi Covid-19, sampah rumah tangga semakin menumpuk. Sebab masyarakat lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Ia juga menekankan kepada warga setempat, bahwa selain menghindari kesan kumuh dan lingkungan yang tidak sehat, sampah juga menjadi peluang bisnis warga setempat untuk meningkatkan ekonomi, khusus nya di tengah pandemi Covid-19.
Ia meyakini bahwa sampah dapat dikelola dengan baik dan jadi pakan bermanfaat untuk ternak dan ikan. Data yang ada, limbah dapur dan rumah tangga yang dihasilkan Desa Penatarsewu dalam satu bulan mencapai 300 kg dan limbah ikan 120 kg.
“Dalam satu bulan kita menghasilkan 30 kilogram maggot BSF yang berasal dari 300 kilogram sampah rumah tangga. Maggot kita pasarkan untuk kebutuhan pakan tambak. Dengan terbentuknya Kelompok Swadaya Masyarakat pendapatan per bulan menjadi stabil Rp.2.5 juta sampai dengan Rp. tiga juta. Untuk penjualan maggot sendiri sudah menghasilkan Rp. 450.000,” ujarnya lagi.
Elok Priyani Aria- Manager Communication, Relation and CSR PT Pertagas mengatakan tahun 2018 merupakan awal Pertagas masuk ke Desa Penatarsewu dan memberi bantuan bagi petambak dan pengasap ikan. Bantuan yang diberikan diantaranya berupa bibit dan infrastruktur rumah pengasapan. Tahun 2019 bantuan kembali diberikan berupa pancingan dan outlet penjualan yaitu resto apung.
Tahun 2020 Pertagas mencoba mengubah siklus sampah rumah tangga di Desa Penatarsewu menjadi produk yang bermanfaat yaitu maggot (pakan ternak). Bersama Mustahid yang didaulat sebagai Local Hero karena menginisiasi pembuatan maggot BSF di Desa Penatarsewu, Pertagas menyelenggarakan kegiatan pelatihan pengolahan sampah dan membentuk KSM.
“Beliau pak Mustahid sangat meyakini bahwa sampah dapat dikelola dengan baik dan bisa menjadi pakan ternak yang bermanfaat untuk ternak dan ikan,” kata Elok menekankan.
Elok berujar, sampah organik pembuatan maggot BSF berasal dari sampah rumah tangga, resto apung, petambak ikan dan pengasap ikan. Sampah-sampah tersebut kemudian diolah menjadi maggot dan menjadi pakan bagi petambak ikan di desa yang terletak sekitar 12,8 km dari pusat Kabupaten Sidoarjo tersebut.
“Jadi siklus bisnis kemandirian sebuah desa itu komplit, satu lingkaran penuh dari proses menambak, mengasap, menjual dan sampah diolah menjadi pakan. Maggot BSF menjadi mata rantai terakhir yang menghubungkan mata rantai seluruh siklus bisnisnya desa Penatarsewu sehingga kemandirian sebuah desa itu tercipta,” ujar Elok.
Kata Elok menjelaskan sebagai bentuk kepedulian Pertagas akan kebutuhan energi di Desa Penatarsewu, Jaringan Gas (Jargas) telah terpasang pada 969 Kepala Keluarga (KK). Jargas ini diharapkan bisa dimanfaatkan warga setempat sebagai pengganti energi alternatif yang ramah lingkungan dan lebih ekonomis. Karena potensi penghematan menggunakan Jargas adalah 30 persen dibanding menggunakan LPG.
“Kedepan kami harapkan sebelum akhir tahun 2021 Jargas juga tersambung ke Resto Apung, sehingga semakin memaksimalkan energi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan kelompok Resto Apung,” ujarnya. (Imy)
One thought on “Mustahid, Sampah dan Siklus Bisnis di Desa Penatarsewu”