IDCFM.CO.ID; BALIKPAPAN– Pasar modal syariah mencatat transaksi saham syariah yang dilakukan oleh investor selama pandemi covid-19 lebih tinggi dibandingkan kondisi normal periode yang sama tahun 2019.
Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI- Irwan Abdalloh mengatakan pertumbuhan investasi ini dilatarbelakangi kesadaran massyarakat akan pentingnya berinvestasi untuk jangka panjang demi memajukan ekonomi dan pendapatan. Masyarakat mulai paham bahwa membelanjakan uang untuk investasi lebih bermanfaat daripada membelanjakan uang untuk membeli barang-barang yang belum tentu dibutuhkan.
“Alhamdulillah data menunjukkan selama pandemi ini ada hikmah dimana transaksi saham syariah yang dilakukan oleh investor lebih tinggi dibandingkan kondisi normal. Kita berharap dari gaya boros berubah menjadi hemat itu adalah syariah banget,” kata Irwan dalam Seminar Investasi di Pasar Modal Syariah dalam ajang Capital Market Summit & Expo 2020 yang digelar secara daring pada Jumat (23/10/ 2020)..
Kata Irwan menjelaskan dalam sistem investasi syariah kita dari convention menjadi investasi dan lebih khusus di efek syariah, transaksi saham syariah naik dibandingkan sebelumnya. Bahkan belum lama ini pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk ritel, yang mana over subscribe-nya yang ditarget Rp. lima triliun rupiah, bisa menembus Rp.25 triliun.
Setelah dicermati, mayoritas investornya adalah kalangan muda atau milenial.
“Kalau sebelum pandemi banyak alasan ngopi di luar buat sosialisasi lah, networking lah. Tetapi setelah pandemi mereka dipaksa untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak perlu sehingga dananya yang biasa habis untuk nongkrong atau belanja online, pindah menjadi investasi atau aset portofolio,” ujarnya menambahkan.
Meski angka investasi syariah meningkat dari sisi investor, diakui masih ada kalangan yang meragukan investasi secara syariah.
Praktisi Ekonomi Syariah- Adiwarman Karim mengatakan ada dua hal yang patut diketahui masyarakat sebelum berinvestasi. Hal tersebut adalah bagaimana saham syariah jika dilihat dari kriteria seleksinya yaitu bisnis dan laporan keuangan.
“Jadi perlu bagaimana supaya masyarakat lebih yakin investasi di pasar modal,” kata Adiwarman.
Adiwarman menggambarkan keraguan tersebut seperti seseorang yang ragu-ragu dalam mengikuti ujian. Padahal ujian harus dilalui sebagai syarat mendapatkan kelulusan. Sama halnya dengan investasi syariah yang tidak perlu diragukan karena telah mendapatkan rekomendasi dari 40 ulama di Indonesia.
“40 ulama sudah mikir ginian. Kalau udah diperiksa dewan syariah nasional udah halal aja udah. Ente mau gimana misalnya kayak beli mie instant ada tulisan halal, masak mau diperiksa kan Bismillah aja. Jangan buat hidup susah,” kata Adimarwan dengan dialeg Betawinya.
“Ga ada ruginya investasi. Karena pasti kalau saham turun sabar aja ntar lagi naik ya kan. Ibarat kalau engkau khawatir dengan dinginnya malam, maka sabar aja bentar lagi juga pagi. Kalau ente khawatir akan teriknya matahari, sabar aja, bentar lagi juga malam,” ujarnya seraya tersenyum. (Imy).